Kawasan pantai merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamik, unik dan angat kaya akan habitat baik laut maupun darat. Kawasan ini banyak sekali manfaatnya baik bagi masyarakat, swasta maupun pemerintah dan semakin lama semakin banyak yang membutuhkan padahal luasnya sangat terbatas, sehingga di kawasan ini sering terjadi konflik kepntingan antar sector seperti yang terjadi di pantai Parangtritis dan sekitarnya. Oleh karena itulah perlu adanya penataan ruang yang baik di kawasan Pantai Parangtritis dan sekitarnya.
Suatu perencanaan, penataan dan pengembangan wilayah yang baik memerlukandata spasial dan jnon-spasial yang kompleks dan sanga banyak, sehingga perlu adanya alat yang dapat menghubungkan, mengelola, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data serta informasi secara baik. Salah satu alat tersebut adalah Teknologi SIG yang saat ini telah berkembang dengan sangat pesat.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan pantai merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamis, kaya keanekaragaman hayati dan banyak manfa- atnya bagi masyarakat. Luas lahan lingkungan pantai relatif terbatas padahal pemanfa- atannya semakin meningkat terus sehingga sering terjadi konflik kepentingan antar sektor yang membutuhkannya, seperti yang terjadi di Pantai Parangtritis dan sekitarnya.
Pantai Parangtritis dan sekitarnya saat ini mengalami pembangunan yang sangat pesat dengan permasalahan yang dihadapi cukup kompleks. Lingkungan pantai ini sangat potensial untuk dikembangkan baik sebagai kawasan wisata, budaya, pertanian, pertambangan, perikanan dan laboratoriumala m bagi kepentingan ilmiah.
Ciri khas atau keunikan dari Pantai Parangtritis adalah adanya gumuk pasir (sand dunes) tipe bulan sabit (barchan). Saat ini keberadaan gumuk pasir itu mulai terganggu oleh aktivitas manusia. Karakteristik dan pemanfaatan lahan yang sedemikian kompleks tersebut akan menimbulkan konflik antar kepentingan dan berkurangnya daya dukung lingkungan pada kehidupan manusia. Untuk itulah dilakukan penataan ruang di Pantai Parangtritis dan sekitarnya.
Suatu pemodelan pengelolaan lingkungan yang baik memerlukan data spasial dan non-spasial yang lengkap, sehingga diperlukan alat untuk dapat menghubungkan, mengelola, memanipulasi, menganalisis dan menampil-kan data serta informasi secara baik (1). Salah satu cara tersebut adalah dengan Teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) yang saat ini berkembang pesat baik dalam perangkat keras maupun perangkat lunaknya
1.2 Tujuan
Tujuannya adalah menata pemanfaatan lahan di pantai Parangtritis dan sekitarnya yang menyeluruh, serasi, terpadu dan berkelanjutan. Dengan adanya penataaan ini diharapkan :
a. Terwujud kualitas lingkungan ruang yang baik dan berkelanjutan.
b. Pemanfaatan ruang lebih berdaya guna dan berhasil guna.
c. Mencegah konflik antar kepentingan pemanfaatan ruang.
d. Meningkatkan nilai ruang secara seimbang.
1.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Pantai Parangtritis dan sekitarnya, Kab. Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Batasan kawasan pantai dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan batas untuk wilayah perencanaan (planning zone) yaitu kurang lebih sekitar 5 km ke arah daratan dari garis pantai, karena dianggap pada jarak tersebut daratannya asih terpengaruh oleh sifat-sifat laut (1). Secara administrasi meliputi 10 desa (hanya ada 6 desa yang berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia) masuk dalam 3 kecamatan yaitu Kec. Kretek, Kec. Sanden, Kec. Srandakan. Daerah penelitian memiliki panjang sekitar 15 km yang membentang dari timur (berbatasan dengan Kab. Gunungkidul) sampai ke barat (berbatasan dengan Kab. Kulonprogo).
1.4 J
2. METODOLOGI
Metode yang digunakan adalah metode yang umum digunakan dalam aplikasi SIG yang secara lengkap terlihat pada Gambar 1, didukung dengan metode analisis deskriptif, uantitatif dan ansumtif untuk nalisis fenomena dan perkembangan lingkungann pantai di masa lalu, masa kini dan ramalan masa datang, serta mengetahui keterkaitan antara fenomena satu dengan yang lain. Pada dasarnya etode yang digunakan ialah dengan menampalkan antara potensi sumberdaya alam dengan potensi ahaya atau bencana alam sebagai faktor pembatas. Tahapan kegiatannya adalah :
a. Studi pustaka dan pengumpulan data sekunder
b. Survei lapangan (data primer)
c. Pembuatan peta, data digital,dan pembangunan basis data
d. Analisis, manipulasi data digital,analisis deskriptif, kuantititatif dan asumtif.
e. Evaluasi, validasi dan verifikasi
f. Pemodelan pengelolaan lingkungan pantai
3. KONDISI LINGKUNGAN PANTAI PARANGTRITIS DAN SEKITARNYA
3.1 Pemanfaatan Lahan Existing
3.1 Pemanfaatan Lahan Existing
Berdasarakan data Bantul Dalam Angka 1999, pemanfaatan lahan di 3 kecamatan pantai di Kabupaten Bantul adalah
Tabel 1. Pemanfaatan lahan di 3 kecamatan
pantai Kab. Bantul (dalam Ha)
No | Penggunaan | Kecamatan | ||
Lahan | Srandakan | Sanden | Kretek | |
1. | Sawah | 429 | 991 | 892 |
2. | K. Terbangun | 717 | 915 | 1.249 |
3. | Tegal/Kebun | 73 | 165 | 196 |
4. | Kolam/Tambak | 3 | 2 | 5 |
5. | Tanaman Kayu | 50 | 57 | 146 |
6. | Hutan Negara | - | - | - |
7. | Lainnya | 568 | 568 | 189 |
Jumlah | 1.840 | 1.840 | 2.677 |
3.2 Potensi Sumberdaya Alam
Secara garis besar bentuk lahan pantai daerah penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Bagian Barat dan Tengah didominasi bentuklahan asal fluvial, dimana topografinya pantai relatif datar
b. Bagian Timur didominasi oleh bentuklahan asal solusional/karst, dimana topografinya terjal dan umumnya berbentuk clift.
Selain perbedaan topografi, perbedaan jelas yang dapat diamati adalah kondisi hidrologi yang terkontrol oleh Daerah Aliran Sungai pada hinterland. Pada penggal karst, potensi hidrologi dijumpai pada munculnya sungai bawah tanah di laut (resurgence) dengan debit aliran yang tinggi (mencapai 5000 liter/detik). Pada penggal asal fluvial, pantai merupakan akuifer yang baik dengan muka airtanah yang dangkal, dan relatif tidak terpengaruh oleh intrusi air laut
Kawasan Samas mempunyai karakteristik beach ridge, G. Wingko, artefak arkeologi dan laguna, yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata pantai dan budaya, dan pertanian/ perkebunan
Kawasan Parangtritis mempunyai karakteristik tertentu berupa gumuk pasir barchan, lava flow, mata air panas, upacara tradisonal dan laguna, yang kesemuanya itu berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata pantai, wisata spiritual dan konservasi (kawasan lindung) gumuk pasir
3.3 Potensi Bencana/Bahaya Alam
Berdasarkan kondisi geomorfologi, geologi, dan morfotektonik regional, potensi bahaya dan bencana alam yang mungkin terjadi adalah bahaya tsunami (di pantai timur Parangtritis), bahaya gerakan massa tanah (longsoran) di daerah miring (di bagiani timur Desa Parangtritis), bahaya banjir di sekitar muara sungai dan aliran sungai (muara S. Opak seperti Depok, Ngentak, Bungkus Gegunung, Kalipakel) dan bahaya migrasi pasir di sepanjang garis pantai serta bahaya timbunan pasir terhadap pemukiman dan lahan pertanian terutama disebelah utara gumuk pasir lihat Gambar 3.
3.4 Mitigasi Bencana Alam dalam Pengelolaan Lingkungan Pantai
Mitigasi bencana alam diartikan secara umum sebagai suatu tindakan untuk mengurangi resiko bahaya atau kerugian akibat proses bencana alam. Pengertian mitigasi resiko bencana alam perlu diambil untuk keperluan manajemen lingkungan, sehingga dapat membantu usaha-usaha pembuatan konsep pokok pengelolaan bencana alam dikawasan ini, antara Muara S. Progo dan Pantai Parangendog - Parangtritis, serta untuk maksud penyusunan kebijakan pengelolaan lingkungan fisik wilayah pantai tersebut (Tabel 2).
Karakter dan tipologi resiko bencana alam (geologi) di wilayah antara Muara S. Progo dan Parangtritis - Parangendog meliputi : bahaya tsunami, bahaya tanah longsor dan runtuhan batu, bahaya banjir genangan, dan bahaya migrasi pasir. Konsep action plan mitigasi resiko bencana alam (geologi) yang diintegrasikan dalam pengelo-laan lingkungan fisik wilayah Pantai Parang-tritis terdiri dari 4 aspek kegiatan peren-canaan, yaitu : identifikasi bahaya (hazard); identifikasi kerentanan (vulnerability); identifi-kasi resiko (risk assesment); serta perenca-naan penggunaan lahan (landuse planning.
4. MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN PANTAI PARANGTRITIS DAN DAERAH SEKITARNYA
Sesuai dengan arahan peran lingkungan pantai selatan dalam RDTRK yaitu sebagai kawasan lindung dan pariwisata yang didukung oleh sektor kegiatan lainnya serta sebagai hinterland yang kuat untuk mendukung pembangunan yang terpadu, berkelanjutan baik di daerahnya sendiri maupun daerah yang berada di depannya
maka penataan lahan/ruang di kawasan Parangtritis dan sekitarnya ini diarahkan berdasarkan prioritas sebagai berikut :
· Pelestarian kawasan lindung (hutan, sempadan pantai & sungai, budaya, dll).
· Konservasi lahan pertanian yang produktif dan subur.
· Konservasi lahan yang berpotensi untuk wisata alam dan pendidikan.
· Intensifikasi lokasi pemukiman, jasa, pembangunan fasilitas wisata yang telah ada
Lokasi dan luas untuk tiap jenis pemanfaatan lahan ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut:
Peraturan perundangan yang berlaku terutama yang berkaitan dengan penetapan kawasan lindung.
• Nilai ruang dalam kaitannya dengan fungsi system antar kegiatan.
• Jenis dan kebutuhan ruang kegiatan terkait dengan skala layanan kegiatan.
• Kemungkinan perkembangan dan usaha pengembangan di masa mendatang.
• Ketersediaan lahan.
• Kegiatan yang sudah sebelumnya.
• Persepsi, keinginan masyarakat setempat.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka arahan pemanfaatan lahan di Pantai Parangtritis dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 4. Sedangkan luas dari tiap jenis pemanfaatan lahan di tiap desa dapat dilihat pada Tabel 3.
4.1 Kawasan Lindung
Yang digolongkan dalam kawasan lindung di sini adalah hutan wisata alam, wisata budaya, hutan pantai, gumuk pasir, sempadan pantai dan sempadan sungai.
Sedangkan gumuk pasir yang merupakan bentang alam sangat unik tersebar di sepanjang pantai Ds. Parangtritis (sebelah barat Parangkusumo).
4.2 Kawasan Budidaya Pertanian
Kawasan ini meliputi lahan yang baik untuk pertanian lahan basah, pertanian lahan kering ataupun pertanian yang bisa untuk lahan basah maupun kering. Kawasan ini tersebar merata di semua desa di pantai selatan sekitar Parangtritis.
4.3 Kawasan Utk Perikanan Laut & Darat
Lahan yang diprtuntukan bagi
budidaya perikanan darat tersebar di Ds
Srigading, Gadingharjo, Gadingsari dan
Poncosari dengan luas keseluruhan sekitar
1,272 km2
. Sedangkan untuk perikanan laut disini dimaksudkan sebagai kawasan yang sesuai untuk pendaratan nelayan (dermaga) sekaligus tempat tranksasi sektor perikanan laut (tempat pelalangan ikan). Daerah yang cocok untuk kegiatan ini adalah Depok di ujung barat Ds. Parangtritis dan Pandansimo di ujung barat Ds. Poncosari, luas lahan yang cocok untuk kegiatan ini adalah 0,652 km2
4.4 Kawasan Terbangun
Kawasan ini meliputi pemukiman, jasa, dan pengembangan fasilitas kawasan wisata. Untuk kawasan pengembangan pemukiman dan jasa tersebar merata di semua desa di pantai di sekitar Parangtritis, sedangkan untuk pengembangan fasilitas kawassan wisata terkonsentrasi di bagian tengah Parangtritis dan sedikit di sekitar pantai Samas. Untuk pengembangan fasilitas dan utilitas pariwisata ini dapat memanfaatkan lahan yang diperuntukan untuk kawasan pemukiman maupun jasa dengan berbagai penyesuaian dan persyaratan. Luas untuk lahan pemukiman dan jasa sekitar 11,882 km2 sedangakn untuk pengembangan fasilitaspariwisata sekitar 1,006 km2
5. PENUTUP
a. Pantai Parangtritis dan sekitarnya mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan dalam bidang/sektor pariwisata, perikanan, pertanian dan pemukiman selain itu mempunyai keterbatasan/kendala alam berupa bahaya longsoran, banjir, tsunami dan migrasi pasir.
b. Pantai Parangtritis dan sekitarnya mempunyai karakteristik yang spesifik dan unik berupa gumuk pasir tipe barchan yang harus dilindungi dan dilestarikan.
c. Saat ini di pantai Parangtritis dan sekitarnya banyak terjadi konflik antar berbagai sektor kepentingan dalam hal pemanfaatan lahan yang pada akhirnya akan dapat merusak lingkungan khususnya ekosistem gumuk pasir.
d. Teknologi SIG yang saat ini sudah berkembang pesat akan sangat
e. membantu dalam perencanaan, penataan dan pengembangan kawasan di Pantai Parangtritis
f. Model pengelolaan lingkungan dengan Teknologi SIG di Pantai Parangtritis dan
g. sekitarnya ini diarahkan berdasarkan prioritas sebagai berikut :
• Pelestarian kawasan lindung (hutan, sempadan pantai & sungai, budaya).
• Konservasi lahan pertanian yang produktif dan subur (baik lahan basahmaupu kering).
• Konservasi lahan yang berpotensi untuk wisata alam dan pendidikan.
• Pengembangan kawasan Untuk Perikanan Laut dan Darat.
• Intensifikasi lokasi pemukiman, jasa, pembangunan fasilitas wisata yang telah ada.
h. Alokasi dan distribusi tiap jenis pemanfaatan lahan di kawasan Pantai Parangtritis dan sekitarnya terlihat pada Tabel 3 dan Gambar 4.
i. Untuk memperoleh hasil yang lebih sempurna perlu penelitian lebih lanjut dengan data yang lebih lengkap, up to date dan rinci
SUMBER: Download http://ejurnal.bppt.go.id/ejurnal/index.php/JTL/article/download/228/244